Lanjutaan...
6. Baram. Minuman beralkohol ini sudah dikonsumsi oleh suku Dayak-Kaharingan di Kalimantan Tengah sejak ratusan tahun lalu. Mereka juga menggunakan baram dalam upacara adat dan pemberian sesaji untuk para leluhur. Baram terbuat adalah minuman alkohol khas Indonesia yang bahan utamanya adalah beras ketan. Pembuatannya berawal dari beras ketan yang ditumbuk dengan rempah kayu manis, adas, dan lengkuas. Bahan-bahannya dicampur air menjadi adonan yang akan dikeringkan untuk menjadi ragi. Ragi tersebut nantinya akan dipakai untuk mengolah beras ketan dan gula menjadi tape. Proses penyimpanan beras ketan tersebut sekitar seminggu sebelum menghasilkan baram. Semakin lama masa penyimpanan tape, kadar alkohol baram akan semakin tinggi. Rata-rata, kadar alkohol baram yang dikonsumsi adalah 10% – 20%. Jika berbulan-bulan, baram akan semakin jernih dan kadar alkoholnya bisa mencapai 80%.
7. Ciu. Sering dengar tentang ciu? Ciu adalah minuman alkohol khas Indonesia yang diperoleh dari hasil fermentasi singkong dalam pembuatan tapai. Dengan kata lain, ciu adalah cairan yang terbuang dalam pembuatan tapai. Minuman ini berasal dari Jawa Tengah, khususnya daerah Desa Sumpiuh, Banyumas, Cikakak Ajibarang. Melansir dari Tempo, kadar alkohol ciu sebenarnya belum sempurna karena hanya melewati satu kali penyulingan. Oleh karena itu, kadar alkohol ciu sangat tinggi, dari 25% – 70%. Ciri khas ciu adalah tidak berwarna dan sangat jernih sehingga banyak yang salah mengira ciu sebagai air putih biasa. Baunya menyengat dan jika terasa pahit ketika diminum serta tenggorokan seperti terbakar. J ika ada ciu yang keruh, berarti sudah dicampur dengan bahan kimia alias oplosan—malah lebih memabukkan. Selain dari Banyumas, ada juga ciu Bekonang atau ciu Solo yang dibuat dari hasil penyulingan tetes tebu yang telah difermentasi. Ciu Solo populer di daerah Solo, Jogja, dan Magelang.
8. Tuo Nifaro. Meskipun berasal dari Sumatera Utara juga, tuo nifaro berbeda dengan tuak Batak atau tuak Tapanuli. Tuo Nifaro—disebut juga tuak Nias karena berasal dari Kepulauan Nias—merupakan minuman hasil penyulingan dari fermentasi tuak mentah (legen atau cairan segar dari tetes nira atau bunga kelapa muda). Keunikan tuo nifaro adalah warnanya yang bening seperti air putih. Kualitas tuo nifari dibagi menjadi beberapa kelas. Kelas pertama adalah kadar alkoholnya hampir 100% sehingga jarang dijual dan bukan untuk minuman, melainkan obat encok, asam urat, dan sakit sendi. Sedangkan, yang untuk diminum, biasanya tuak Nias kelas tiga. Tetap saja, jarang ada yang meminumnya langsung. Biasanya, dicampur dulu dengan air putih atau tuak mentah. Salah satu ukuran yang umum adalah satu botol tuo nifaro dicampur dengan lima teko tuak mentah.
9.Swansrai. Papua juga memiliki minuman alkohol khas Indonesia, yaitu swansrai. Minuman yang banyak dijumpai di daerah Biak, Supiori, dan Numfor ini merupakan hasil fermentasi air kelapa dari pohon yang sudah sangat tua. Cita rasa swansrai adalah sedikit pahit, aromanya kuat, dan terasa hangat di tenggorokan ketika diteguk karena kandungan alkoholnya cukup tinggi, sekitar 20% – 30%. Swansrai sering disajikan dalam tempurung kelapan.
10. Ballo. Minuman khas Sulawesi Selatan ini terbuat dari getah pohon lontar dan masyarakat setempat biasanya menyajikan dengan gelas bambu. Ballo ada dua jenis, yaitu ballo manis dan ballo kacci. Ballo manis, sesuai namanya, memiliki rasa yang manis dan halus, dengan kandungan alkohol hingga 10%. Sedangkan, rasa ballo kacci lebih tajam, asam, dan kuat. Ballo sering disajikan pada upacara adat atau pertemuan sosial sesama warga. Sering juga dikonsumsi untuk menghangatkan tubuh. Cara pembuatan ballo juga mudah. Air dari pohon lontar ditampung selama beberapa jam. Air tersebut pun menghasilkan cairan dengan kadar alkohol yang dapat diminum.
Oleh:
Muchammad Rizchal Fiky
NIM : 1828121044
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar